Selamat malam, kamu.
Bagaimana harimu? Menyenangkankah?
Semoga selalu ya.
Kamu tau? Lagi lagi aku
ingin menulis mengenaimu.
Akhirnya, kamu kembali,
seperti dulu. Ah…terimakasih Tuhan, Allahku.
Jika saja kamu tau, bahwa aku
juga menyayangimu, aku juga ingin kamu, mungkin tak akan ada lagi kata saling
menunggu.
Aku, kamu, mungkin punya perasaan
yang sama. Mungkin, kita merasakan hal yang sama, namun tidak berani untuk saling mengungkapkan. Bagaimana mewujudkan hal yang mungkin itu menjadi benar-benar terjadi? Itu tergantung kamu.
Semua tergantung kamu, aku
serahkan padamu, mengenai hati juga perasaan. Aku akan mengikuti semua alurmu hingga
kamu memberi sebuah kepastian. Entah kepastian untuk melanjutkan atau pergi
meninggalkan.
Jujur, aku selalu
menunggu pernyataan darimu, entah ini hanya akan menjadi sebuah harapan saja,
atau sebuah kenyataan yang akan membahagiakan.
Andai
kenyataan selalu berbanding lurus dengan harapan, mungkin tak akan ada begitu
banyak yang kecewa.
Andai
kenyataan selalu berbanding lurus dengan harapan, mungkin tak akan ada begitu
banyak yang terluka.
Andai
kenyataan selalu berbanding lurus dengan harapan, mungkin semuanya akan
berbahagia.
Andai seperti itu, maka
tidak akan ada kata untuk membenci juga melukai.
Oh…inilah
hidup, apapun yang terjadi, sesuai ataupun tidak, dengan apa yang diharapkan,
haruslah tetap mensyukuri.
Oh…inilah hidup, menyakitkan
atau tidak, haruslah terus berlanjut. Bukankah selalu ada pelangi selepas
hujan?
Aku
hanya bisa berharap tanpa mengerti apa maumu.
Aku
hanya bisa berharap tanpa paham apa maksudmu.
Aku hanya bisa berharap
tanpa tau apa tujuanmu.
Jangan
buat aku menunggu terlalu lama, karena aku takut tidak bisa membuatmu bertahan
lebih lama.